Rabu, 15 Maret 2017

Kekeliruan Dalam Belajar Bahasa. (Bagian 1)

http://deadlythought.com/wp-content/uploads/2016/08/mistake.jpg
Bahasa secara umum digunakan sebagai media komunikasi. Penduduk bumi yang jumlahnya lima milyar lebih berbicara dengan Bahasa yang berbeda-beda. Hingga bahasa juga disebut-sebut sebagai identitas sebuah bangsa. Dibawah ini akan saya ulas sedikit tentang bahasa lisan (spoken language) dan tulisan (written language). Bahasa isyarat yang banyak dipakai oleh kaum hawa untuk memberi kode terhadap keturunan adam yang dicap tidak peka tidak saya singgung disini.

Di Indonesia, selain Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, terdapat hampir 400 suku dan bahasa. Belum lagi dialeknya. Bagi kebanyakan dari kita, bahasa daerah adalah bahasa utama (mother tounge) lalu kedua adalah Bahasa Indonesia. Bahasa selain itu masih disebut sebagai bahasa asing (foreign language).

Bahasa asing yang banyak dituturkan di Indonesia salah satunya adalah Bahasa Inggris. Jumlah penutur atau katakanlah pembelajarnya cukup banyak. Tengok saja jurusan Pendidikan Bahasa Inggris atau Sastra Inggris, bisa ditemukan di banyak universitas di Indonesia. Tiap tahun, kampus-kampus ini mencetak ratusan ribu pengajar Bahasa Inggris. Itu mau menyiapkan guru atau tenaga kerja siap pakai? And see what happen with our English acquisition?

Empat kemampuan berbahasa (Language Ability).

Hal yang sangat mendasar untuk diketahui sebelum kita belajar bahasa asing adalah jenis kemampuan dalam berbahasa itu sendiri. Umumnya ada empat keahlian berbahasa; MENDENGAR; MEMBACA; MENULIS; BERBICARA (urutan tulisan tidak mendeskripsikan mana yang lebih penting untuk dikuasai). Jangan sampai rasa memiliki lebih besar.

Setelah mengetahui empat unsur tanah api air udara tersebut, ada dua hal lagi yang penting diketahui. Yakni kosakata (vocabulary) dan tatabahasa (grammar). Dua hal ini memang bukan termasuk dalam kemampuan berbahasa. Tapi tanpanya hidup akan terasa hampa, berbahasa tidak akan sempurna dan pincang dan bertepuk sebelah tangan.

Pengucapan (pronunciation)? Dialek (accent)? 

Memahami bahasa juga penting untuk mengetahui pengucapan kata yang baik dan benar meski kadang cowok selalu salah. Pengejaan huruf yang keliru, bisa jadi diartikan keliru oleh si pendengar. Misalnya kata bad, bat, bed, bath, both. Nah loh, masih bingung kan mengapa cewek selalu mau merasa benar membedakannya?


Aksen bahasa Inggris umumnya terbagi dua. British English (BrE) dan American English (AE). Meski banyak negara yang bahasa pertamanya adalah Bahasa Inggris, tapi dua aksen inilah yang paling banyak dipakai sebagai rujukan.

Lalu, dimana kekeliruan dalam belajar berbahasa?

Berikut saya rangkum dari hasil pengamatan saya:

1. Baru mulai belajar tapi langsung ingin memiliki menguasai keempat keahlian diatas.
Padahal, dalam belajar bahasa asing, hampir mustahil langsung menguasai keempat skill dalam sekali waktu belajar dan durasi yang relatif cepat. Mie instant aja perlu proses kalua mau dimakan.

2. Tidak mengetahui goal dalam belajar bahasa asing.
Seorang pembelajar, kudu wajib mesti harus tahu capaian dalam belajar. Ini penting sepenting membalas pesan gebetan untuk diketahui. Sebagai contoh, seorang pembelajar ingin mengikuti ujian TOEFL ITP, ya setidaknya dia harus menguasai skill mendengarkan (listening), membaca (reading) dan kemampuan tata bahasa (grammar) yang baik.
Atau, seorang pemula hanya ingin lancar dalam ijab kabul di hari akad nikah percakapan (conversation). Ya setidaknya perlu pengetahuan kosakata yang baik dan cukup sedikit cinta dan kasih sayang tata bahasa. Misalnya topik tentang kegiatan rutin sehari-hari menanti jodoh tak kunjung hadir atau minimal paham penggunaan kata-kata yang berhubungan dengan masa sekarang (present) dan masa mendatang (future). Masa lalu (past) terlalu pahit bila harus diungkit, hiks.

3. Anggapan bahwa belajar bahasa sama dengan ilmu pasti.
Belajar bahasa asing tidak sama dengan menghafalkan rumus persamaan kuadrat dikali dan dibagi. No way. Belajar bahasa asing itu bagaikan pisau yang perlu terus diasah agar ia semakin tajam. Ibarat bahasa adalah besinya, kamu itu penggosoknya, dan belajarnya adalah batu gosoknya.
Tanpa perlu mengeluarkan kemampuan supermu, asal kamu rutin dan konsisten, bahasamu akan semakin tajam setajam silet dan siap kamu gunakan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Ini mau belajar bahasa atau ngiris bawang? Kok bawa pisau segala.

4. Memulai belajar bahasa asing dari tes.
Ini yang paling dan sangat keliru dalam dunia persilatan dalam belajar bahasa asing. Misalnya, dalam Bahasa Inggris, TOEFL dan IELTS adalah dua jenis tes yang paling populer. Nah, ujug-ujug, ada yang tiba-tiba datang ke tempat kursus/lembaga pelatihan bahasa dan baru mau mulai belajar bahasa inggris selama sebulan dan harus mencapai target 550 dalam tes TOEFL ITP. Ini lebih menyesakkan dada dibanding doi mundur tanpa berita lalu hadir dengan undangan nikahnya.
Hey, bahasa asing (dalam hal ini Bahasa Inggris) nggak gitu bro/sis cara belajarnya. Tes Bahasa Inggris itu diadakan untuk mengukur level kemampuan anda menerima pahitnya doi dilamar orang dalam berbahasa Inggris. Tes itu adalah gerbang terakhir untuk mengetahui sejauh mana anda telah move on dan bangkit dari keterpurukan mahir dalam berbahasa.

So, never do that, please! Tolong jangan belajar bahasa Inggris dari kelas-kelas TOEFL/IELTS Preparation. Kalau bukan tutor anda yang puyeng, kamu yang mabuk diterjang badai di kelas.

Ubah cara belajar kita, untuk mencapai kemampuan maksimal. 

Dan ingat, rumus terbaik dalam belajar adalah BAHAGIA.
Salam. 

Tidak ada komentar: