Sabtu, 22 November 2014

Belajar, Mengabdi, dan Berjuang

Suasana Belajar
Tanpa mengesampingkan kenaikan harga BBM yang terus naik (entah kapan turun), perjuangan tak boleh berhenti. Bagi mereka yang menganggap kenaikan ini tak terlalu berimbas pada keuangan, alangkah baiknya sesekali menyusuri jalan-jalan yang dijejali penjual sayur. Atau bertanya pada penjual ikan yang biasa keliling di lorong-lorong kota. Atau duduk di samping sopir pete'-pete' dan bercakap tentang dampak BBM. Jika hal-hal diatas telah anda lakukan dan belum banyak mempengaruhi pandangan anda tentang kenaikan BBM, bersikaplah curiga pada diri sendiri. Semoga sifat-sifat manusia bersemayam dalam jiwa.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), juang bisa berarti berusaha sekuat tenaga tentang sesuatu; berusaha penuh dng kesukaran dan bahaya. Nah, sebagai makhluk yang dibekali akal untuk hidup, setiap dari kita pasti pernah merasakan perjuangan. Adapun kadarnya, itu kembali pada masing-masing individu. Tua muda, anak-anak maupun orang dewasa, semuanya punya definisi sendiri tentang arti pejuangan.

Saya ingin mengutip Surah Al-Isra ayat 84 yang artinya begini:  Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing. Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya. Jika memang demikian, semestinya, tak ada lagi kata tidak berjuang selama kita hidup. Tak ada lagi alasan untuk bermalas-malasan selama hayat masih dikandung badan. 

Lantas, apa yang harus diperjuangkan?

Bagi saya, banyak hal yang bisa kita lakukan. Orientasi hidup perlu bergeser dari mementingkan hidup sendiri kepada kemaslahatan banyak orang. Seperti kata Buya Hamka, "Jika hidup sekedar hidup, babi di hutan juga hidup. Jika bekerja sekedar bekerja, kera juga bekerja". Kita bisa mengabdi dalam bidang pendidikan, teknologi, pertanian, dan masih banyak lagi. Nah, sekarang, pilihan berada di tangan anda. Mau di bidang apa?

Jika anda bertanya pada saya, apa yang saya perjuangkan, hhmmm, banyak sekali yang ingin saya perbuat. Tapi, saya harus realistis dalam bersikap. Karena, jika harapan terlalu tinggi dan tak sesuai kondisi sekarang, bisa jadi akan banyak kekecewaaan. 

Saya lebih tertarik mengabdi di pendidikan dan kegiatan sosial. Bersama teman-teman, kita bisa membangun harapan yang tinggi namun tetap berpijak pada tanah. Realita sosial saat ini, yang menurut saya, terlalu menitikberatkan pada hasil, bukan pada proses. Coba ingat kembali masa-masa kita bersekolah. Ada berapa banyak angka-angka yang harus tertera di rapor. Dan bagi yang mendapat nilai tertinggi, dialah juaranya. Padahal tidak seperti itu. Kita terlalu sering mengabaikan proses serta mengawal dan meningkatkan proses menuju hasil akhir. 

Mengapa pendidikan? 

Ya, itu jalur yang saya pilih. Ada banyak hal yang bisa jadi saya lakukan disitu. Anda juga bisa berkarya di bidang lain. Masih ingat salah satu karya anak bangsa pencipta mobil listrik? Itu hanya salah satu contoh. Dan saya percaya, ada ribuan, bahkan jutaan orang baik sedang berjuan untuk kebaikan di jalur yang mereka ambil. Kita tak boleh tinggal diam. Kita harus bersua. Kita wajib mengabdi. Pilih jalur yang anda bisa. Karena jika orang benar dan baik hanya berdiam diri, maka yang berniat buruk dan jahat bisa jadi akan mengambil alih. 

Salam.

Malino, 22 November 2014