sumber: dari sini |
Ngomong-ngomong tentang akhir pekan, saya ingin sedikit bercerita kejadian-kejadian yang terjadi selama seminggu ini.
Akhir pekan kemarin, saya dan teman-teman dari Forum Kampung Bahasa Sulawesi (FKBS), mengisi kelas ahad untuk anak-anak yang tergabung di Komunitas Pecinta Anak Jalanan (KPAJ). Kami, bersama anak-anak usia sekolah, memulai belajar dari pagi. Tampak para Tutor, sebutan untuk instruktur/pengajar Bahasa Inggris, sedang hanyut dalam pembelajaran. Ada yang bercerita, ada yang menggambar, ada pula yang serius mengucapkan nama-nama hari dan bulan dalam Bahasa Inggris.
Anak-anak ini, mereka bersasal dari keluarga yang kurang mampu dan belum seberuntung kita. Pengurus KPAJ, semoga mereka tetap diberkahi karena mau mengurus mereka ini, memberitahu bahwa anak-anak ini perlu bimbingan khusus. Belum semua mendapat beasiswa yang disediakan oleh pengurus. Salah satu syarat yang diajukan kepada orang tua adalah merelakan anaknya untuk tidak lagi turun ke jalan. Karena, mereka haruslah belajar dan bersekolah. Jika syarat ini diterima, anak tersebut berhak mendapat beasiswa.
Dan kejadian lainnya adalah kegiatan yang diselenggarakan oleh mahasiswa ekonomi syariah di Auditorium UIN Alauddin Makassar dan bernama "Economic Festival 2014". Ada seminar, diskusi buku tentang Pramoedya, serta dialog interaktif tentang MP3EI. Tak lupa, beberapa komunitas turut serta dengan membuka lapak di bagian belakang. Ada dari Rumah Baca Philosophia, FKBS, Mahasiswa Pancasila (MAPAN), komunitas Cara Baca, komunitas Sketch Makassar, juga turut hadir Kampoeng Merdeka, yang berjargon "Demonstrasi gaya baru" dengan koleksi kaos-kaosnya.
Oh ya, yang tak kalah heboh adalah pernikahan minggu ini. Entah mengapa, saya mencium aroma tak sedap saat salah satu siaran televisi menayangkan secara langsung peristiwa yang nggak penting tentang pernikahan pasangan selebriti. Jika memang ingin disaksikan dan didoakan oleh orang banyak, ya nggak gini juga kali bro. Semoga saya tidak terlilit sikap iri karena belum nikah. Emang, apa sih dampaknya? Saya melihat sebagai dampak sosial yang nyata.
Kok bisa? Ya iyalah. Bayangin aja kalau yang nonton adalah barisan para ibu yang serius menatap layar seharian. Bisa jadi, ibu-ibu ini, yang masih memiliki anak gadis, mengambil standar pernikahan seperti selebiriti kita. Kan berabe. Atau, para perempuan-perempuan dewasa yang ingin berumah tangga dan memimpikan dilamar dengan cara yang wah dan mahal. Ah, situ aja kali yang nggak mampu secara ekonomi. *ditabok sendal
Eh, sampai lupa, saya sendiri, dalam menikmati kesendirian dan membunuhnya dengan kegiatan yang produktif bilang aja kalau jomblo, terkadang mencari suasana yang lain dari biasanya. Mengerjakan hal-hal yang monoton dan terus terulang adalah menjemukan. Jika dalam seminggu selalu mengendarai motor, saya mecoba untuk naik kendaraan umum. Jika dalam seminggu saya tak bisa lepas dari telpon seluler, ada satu hari dimana saya tak memperhatikannya. ciyeeee. Dengan adanya variasi kegiatan dalam rutinitas kita, dijamin deh, kagak bakalan suntuk. Trust me.
Dan akhir pekan ini? Cukuplah melakukan sambungan telepon lalu berdiskusi banyak hal tentang pendidikan. Carut-marutnya, penyelewangan dananya, dampaknya, dan bagaimana memperbaikinya.
Bagaimana akhir pekanmu?