Sesaat setelah mappetu ada'.
Makassar, 21 September 2014
"Ilmu layaknya sebuah hewan buruan dan tulisan adalah tali tambatnya. Maka tambatkanlah hewan buruanmu dengan tali yang kuat".
Beberapa hari ini, saya (sok) sibuk membuka laman imigrasi secara online. Setelah mencoba mendaftar via internet dan gagal, saya putuskan untuk datang langsung ke kantor imigrasi Makassar di Daya.
Untuk pertama kali, saya datang sekitar jam 1 siang. Dan bisa anda tebak, antrian cukup banyak. Saya coba bertanya pada petugas keamanan yang menjaga di meja sebelum tangga naik. Katanya, nomor antrian sudah habis. Saya disarankan untuk hadir besok pagi sekitar jam 7 pagi. Saya pun beranjak pergi.
Keesokan hari.
Setelah mengantar ibu ke sekolah, saya, dengan sedikit tergesa-gesa melaju dengan kecepatan cukup tinggi. Maklum, saat itu sudah menunjukkan jam 7 lewat beberapa menit. Sampai di kantor imigrasi, sudah tak ada lagi nomor antrian. Saya menuju meja dan tak ada petugas. Dua orang laki-laki tampak sedang sibuk dengan berkas isian mereka. Saya pun mencoba bertanya dimana berkas formulir bisa diperoleh. Jawabnya ada di laci, sembari menunjuk laci meja yang tak dijaga. Lalu, muncullah seorang ibu paruh baya dan langsung membuka laci dan mengambil beberapa lembar formulir. Saya pun dapat formulir dengan isyarat satu jari pada ibu tersebut. Berkas formulir sudah di tangan. Tapi belum punya nomor antrian. Saya lalu pergi saat petugas menukar kartu (nomor antrian) dengan karcis antrian.
Hari ini
Saya merasa terlambat untuk datang. Mengapa? Saya tiba jam 6 pagi lewat seperempat dan mendapat nomor antrian A043. Biasanya, nomor antrian akan dipanggil sekitar jam 8 pagi. Berhubung saya belum melengkapi berkas, pulanglah saya ke rumah melewati MTos dan adipiran di jam 7 pagi. Tak usah saya ceritakan. Silahkan rasakan sendiri. Hahaha.
Dan sekarang, antrian sudah di nomor 30-an. Artinya, tak lama lagi giliran saya. Tapi, ada yang sedikit mengganjal selama saya mengantri. Di kantor imigrasi, sejatinya ada 4 loket. Tapi yang beroperasi pagi ini hanya 2 loket. Saya tak tahu alasan mengapa hanya ada 2 yang buka. Saya melihat beberapa petugas berseragam biru cerah lalu lalang di hadapan para pengantri. Menurut saya, jika keempat loket ini beroperasi, bukan tak mungkin pelayanan bisa menghemat waktu dan akan lebih efisien tentunya.
Selamat pagi. Selamat beraktifitas
Orang-orang telah beranjak sedari senja
Melewati jalan mulus
Dengan barisan pohon rindang kiri kanan
Wajah-wajah lelah
Mengincar rumah
Lalu malam datang pada kami
Di bawah daun-daun yang gemulai
Rembulan nan putih hanya tampak irisan-irisan kecil
Waktu berlari
Kita terus mencari
Kadang bersama lalu menyendiri
Hingga nafas lelah lalu berhenti
Perisai, 12 September 2014
20:47 WITA