Rey & Sarah tak berhenti berkisah (22)

Sambungan...


Setelah membalas beberapa pesan singkat yang masuk, Rey meletakkan ponselnya di atas meja. Persis di samping ponsel Sarah. 

"Sarah, dengar pendapatku. Saya tak ingin memaksakan kehendak. Bisa saja saya meminta padamu untuk tidak menerima pinangan lelaki yang datang terlebih dahulu. Tapi, seperti kukatakan padamu, tak ada hakku atas dirimu. Perkara kau mau menerima atau tidak, itu bukanlah urusanku. Saya hanya tak ingin, keputusan yang kau ambil, dipengaruhi oleh bukan dari kemauanmu. Kamu mengerti kan?"

"Aku masih belum mengerti Rey. Kukira, engkau memang serius padaku. Lantas, mengapa kau tak lagi ingin menepati janjimu?"

"Hey, adakah diantara kita janji yang belum kutunaikan? Saya belum datang meminangmu itu karena saya menunggu kabar darimu Sarah. Dan tiba-tiba, kamu datang membawa kabar bahwa seseorang telah meminangmu lebih dulu. Mengapa kini kau tampak bimbang dengan perkara ini?"

"Baiklah Rey, jika yang kau maksud adalah kejelasan dariku, maka aku lebih memilihmu dari pada lelaki itu."

Rey tertawa geli mendengar itu. 

"You must be kidding me"

"No. Aku serius."

Mereka saling bertatap mata. Rey tak sanggup dengan tatapan serius dari Sarah. 

"Jangan menatapku seperti itu Sarah. Memangnya saya terlihat seperti buronan?"

"Iya. Kamu memang buron Rey. Kamu buron hingga kamu datang menemui orang tuaku" 

Keduanya lalu tertawa. 

"Tunggu sebentar, aku ingin memesan minuman. Kamu mau minum apa?" tanya Rey.

"Cokelat panas satu"

"Terus yang itu" Rey menunjuk secangkir minuman yang sama. 

"Ini sudah dingin. Tak baik dan tak enak pula"

Rey kemudian berjalan menuju kasir dan mencoba bernegosiasi. 

"Mbak, teman saya mau pesan cokelat panas. Dan ada secangkir di mejanya yang belum dia cicipi. Bisa dipanaskan nggak? Sayang bila harus dibuang kan?"

"Oh iya boleh. Silahkan tunggu di tempat duduknya ya"

Rey kembali ke mejanya. 

"Saya sudah pesan satu lagi. Dan cokelat panas ini juga akan dipanaskan kembali. Jadi, akan ada dua cangkir cokelat panas"

"Kamu minum cokelat panas juga Rey?"

"Salah ya?"

"Nggak, nggak salah. Kukira dirimu tak selera dengan minuman cokelat. Haha"

"Yah, malah diledek"

Kali ini, giliran Sarah yang berjalan menuju kasir. 

"Tolong ditotal semuanya ya."

"Suaminya sudah bayar kok mbak. Tadi saat pesan cokelat panas"


Wajah Sarah merah padam. Lelaki yang duduk dihadapannya belumlah menjadi suaminya. Sarah masih menyimpan tanya. Siapa sosok Rey sebenarnya.


Bersambung...

Komentar

Postingan Populer