Rey & Sarah tak berhenti berkisah (19)
sambungan...
Rey menerima sepucuk surat dari sebuah bank. Biasanya, sang ayahlah yang rutin menerima surat-surat pemberitahuan. Apakah itu surat tagihan asuransi atau sekedar informasi promo kartu kredit. Ia duduk di ruang tamu rumahnya yang bercat hijau muda. Di sofa yang warnanya mulai memudar menjadi hijau pekat. Meja kayu yang telah ada sejak ia berusia tiga tahun masih setia menemani rumahnya.
Ternyata, surat yang ia terima berisi penawaran untuk membuat kartu kredit. Meski kadang ia pernah berkhayal, apa mungkin ia menerima pemberitahuan telah mendapat hadiah mobil. Rey tersenyum sumringah akan khayalan konyolnya itu. Tak dilanjutkannya membaca promosi tersebut. Ia beranjak lalu berjalan kembali ke kamar.
Tiba-tiba, di layar ponselnya muncul sebuah nama "Sarah".
"Hai Rey. Apa kabar? Maaf. Aku tak menghubungimu belakangan ini. Aku tak bisa menjelaskan di telepon. Apa kita bisa bertemu malam ini di tempat biasa?"
Rey agak terkejut dengan permintaan Sarah yang cukup mendadak.
"Hmmm. Aku harap aku bisa bertemu denganmu malam ini. Tapi, pekerjaanku belum tuntas. Nggak janji ya."
"Tak masalah. Aku siap menunggu jam berapa pun kamu selesai dengan tugasmu itu. Kamu tahu nomorku kan. Kirimi aku pesan singkat dan kita akan segera bertemu."
Rey berfikir sejenak. Seperti ada hal yang tak biasa pada Sarah.
"Siap. Segera kukabari."
Sambungan telepon terputus. Rey mulai serius menggarap pekerjaannya. Meski dalam fikirannya, ia masih menduga-duga apa yang sebenarnya terjadi dengan Sarah, calon istrinya.
Bersambung...
Komentar