Jakarta, 6 tahun lalu dan kini

Saya tak akan pernah lupa ketika pertama kali berkunjung ke Jakarta. Setamat dari sekolah, saya dan sahabat karib (sudah saya anggap saudara) Rouf, berangkat dari terminal Muntilan (Jawa Tengah) menuju Lebak Bulus (Jakarta Selatan). Dan saat itu adalah bulan puasa Ramadhan. 

Kurang lebih lima hari di Jakarta, saya diajak berkeliling sekitar rumah sahabat saya itu. Gambaran kota Jakarta yang sesak dan padat penduduk terpampang jelas. Dan tak lupa, gedung-gedung tinggi yang banyak menghiasi ibu kota negara kita ini. 

Pernah, saat akan berangkat ke masjid untuk sholat Jumat, saya berjalan menyusuri gang-gang sempit. Dari situ saya sedikit berlirih dalam hati, "wah, orang-orang tinggal di rumah yang luasnya tak lebih dari teras rumah saya di Makassar". Bahkan, memasak pun harus di luar rumah. Ada yang sedang menggoreng tempe, memasak air, dan lainnya. Saya sangat bersyukur, masih memiliki tempat tinggal yang lebih layak dari mereka ini. 

Dan satu yang tak saya lupa adalah polusi di Jakarta. Sahabat saya mengajak untuk mengunjungi Tanah Abang, yang katanya termasuk salah satu pusat grosir terbesar di Asia Tenggara. Beberapa kali melintasi jalan layang, sesekali saya melihat udara kota Jakarta. Dan kesimpulan saya hanya satu, polusi. Dan benar saja, mata saya sempat iritasi akibat belum mampu beradaptasi dengan tingginya polusi di Jakarta. Hehehe.

Ini cerita saya 6 tahun silam. 

Dan tahun ini, ketika mendapat kesempatan untuk berkunjung ke Jakarta, tak lupa saya mampir di rumah Rouf. 

Setelah menginap di kos kawan lama, teman sekolah sesama hobi tukang ngintip (photographer), saya naik Kopaja dari daerah Kuningan menuju Kawasan Blok M. Dari situ, saya dijemput oleh Rouf dengan motor. 

Tiba di rumahnya, hampir tak ada yang berubah. Jalan yang dulunya beraspal, kini telah menjadi jalan beton. Katanya, diperbagus saat Pak Jokowi-Ahok menjadi Gubernur DKI. Wah, salut deh saya. hehe.

Rumah Rouf masih saja bercat putih. Hanya ada perubahan sedikit di lantai atas, kamar Rouf sekarang. Yang dulunya saya juga pernah tidur disitu 6 tahun lalu. 

Oh iya, Rouf ini punya dua orang adik perempuan. Dan semuanya sudah menjadi gadis dewasa yang manis dan cantik. Si Dini, sekarang sudah bekerja di salah satu perusahaan swasta. Padahal dulu sempat ngajarin pelajaran SMA. hehe. Dan Anisa, biasa dipanggil Icha, sudah semester 7. Dan dulu, Icha yang saya kenal masih kelas 1 SMA. Lama banget ya nggak ketemu mereka. 

Malam terakhir di Jakarta, saya mengajak Dini dan Icha untuk jalan berkeliling seputaran kompleks. Yah, lumayan lah, cari angin segar. Tak lupa bawa kamera DSL-R milik teman (biar pinjaman asal halal). Hahaha.

Sekian dulu sedikit cerita singkat saya. 
Banyak kisah yang belum sempat saya tulis. 

Jika ada sumur di ladang, boleh kita menumpang mandi,
Jika ada umur yang panjang, jangan lupa untuk mandi. 

Sampai jumpa kembali Jakarta. Ibukota negara yang telah menjadi ibu tiri.


*Bonus foto


Sang Ustadz dari Jakarta, Rouf  (dokumen pribadi)
Langit Jakarta dari Thamrin Residence (dokumen pribadi)




Jalan-jalan bareng Dini & Icha (dokumen pribadi)

Komentar

Postingan Populer